Kelabang dan Belati
Bagaimana kabar anak yang dulunya tidak vokal sama sekali? Pendiam dan selalu mengalah. Si lemah yang bahkan tak punya daya untuk melawan semut sekalipun. Utututut.. anak manis, jadi bagaimana? Hidupmu pasti melelahkan selama ini. Mari kita bantu Si Lemah ini. Saatnya membuka cadar diri.
Jika diibaratkan, dulu aku tak akan berani membunuh kelabang walaupun kelabang itu telah menggigit tubuhku sehingga meninggalkan rasa sakit luar biasa, paling banter aku akan terlebih dulu mencari gagang sapu atau benda tumpul yang bisa digunakan untuk menyingkirkan hewan keparat itu dari tubuhku. Dalam kondisi terpaksa untuk membunuh, aku pasti akan melakukannya sambil memejamkan mata.. benar-benar aku tak ingin menyakitinya sekalipun ia telah menyakitiku. Tetapi sekarang, aku tidak butuh alat bantu apapun. Aku akan membunuhnya dengan sekali injak tanpa rasa cemas. Bahkan sekalipun ia tak menggigitku namun begitu aku melihatnya mendekat, aku tanpa perasaan ragu dan cemas akan menginjaknya dengan sangat elegan dan santai. Pertama kau injak keras seluruh tubuhnya dengan satu kali hentakan. Biarkan kepala hingga ujung ekornya remuk di bawah alas kakimu. Langkah kedua lakukan gerakan zigzag agar jasadnya lumat dan tak meninggalkan sisa mayat keparat. Setelah itu jangan lupa mencuci alas kakimu dan kau bisa kembali becermin sambil tersenyum, angkat sudut bibir sebelah kirimu sedikit. Yup, benar. Itu kelihatan bagus.
Bicara tentang kelabang, aku juga memiliki metafora kedua. Ini tentang belati, cara kerjanya sama. “Dulu.. tak akan kau balas meskipun seseorang telah menusukmu dengan belati. Kau hanya akan menangis dan mengobati dirimu sendiri tanpa membiarkan seorangpun tahu.” Tak ada niat membalas.. Ish “terlalu baik”. “Good girl” yang akan selalu terinjak-injak sepanjang usia hidupnya. Kasihan. Tapi, tidak. Detik ini pun kamu sangat tahu, jika ia berani menusukmu sekali.. kau akan membalasnya dengan puluhan hingga ratusan tusukan dalam seper sekian detik. Kau bisa mengurut darah merah yang menyelimuti ujung belati itu dengan jempol dan telunjukmu. Jangan coba menyecapkan.. dan.. Jangan biarkan darah milik jiwa-jiwa kotor itu mengering pada permukaan belatimu. Belatimu terlalu berharga dan suci.
Hahaha.. Ini hanya pengibaratan. Kalimat bernada konotasi. Ckckck.. Asiknya bermetafora.
260621
Komentar
Posting Komentar